Thursday, April 5

Nenek Tua dan Molly (I)


......sepulang subuh di Istiqlal,

Pagi ini, kali kelima aku berpapasan dengan nenek renta itu. Dengan anjing setianya, yang dipanggilnya Molly, aku selalu ketemu nenek itu di persimpangan masuk pasar baru. Persisnya seberang sungai, depan kantor LKBN ANTARA.

Dilihat dari raut mukanya, mungkin dia segenerasi dengan ibuku. Bisa juga lebih tua. Atau sebaliknya, malah lebih muda. Berat sekali dia melangkah. Seolah, setiap tapak kaki yang diangkat, dia perlu ambil nafas. Jalannya membungkuk. Matanya mungkin hanya konsentrasi lima meter jalan di depannya. Tapi aku tidak yakin, apakah dia benar-benar bisa konsentrasi. Keadaan tubuhnya lah yang memaksanya berjalan seolah-olah merunduk. Yang tampak lain dari nenek itu barangkali cuma rambutnya, hitam. Sepertinya belum banyak uban yang menghiasi kepalanya. Tentu berbeda dengan ibu, lebih dari tiga perempatnya sudah memutih, seiring makin bertambahnya usia.

Beruntung nenek itu punya Molly. Anjing berbulu putih dengan totol-totol coklat di badannya. Molly selalu berjalan tiga atau empat meter di depan tuannya. Pada titik itu dia berhenti. Mengibas-ngibaskan ekornya sambil menunggu tuannya, yang berjalan tertatih-tatih. Begitu tuannya mendekat, dia mulai berjalan lagi. Tidak seperti nenek itu, Molly bergerak ringan, lagi lincah. Kaki-kakinya yang ramping memungkinkan dia berlari 10 atau 20 ikali lebih cepat dari si nenek. Aku belum menemukan jawaban pasti, dari mana setiap pagi dia berjalan ke arah itu. Apakah dia pulang ke peristirahatannya, setelah semalaman memburu rizki. Di emperan toko Pasar Baru, di gang-gang sempit, atau di gudang-gudang tua kosong di daerah itu. Atau justru sepagi itu dia berangkat menuju tempat perburuan rizkinya.

Kuliah Subuh
Pagi ini, penceramah---aku tak pernah bisa menghafal nama-nama penceramah subuh ataupun penceramah tarwih-- memberi materi tentang keutamaan ramadhan, anjuran sadhaqah, kematian, yang semuanya merupakan bagian dari tema “ibadah” yang dia angkat subuh ini. Ibadah, dengan mengutip pendapat Ibnu Taimiyah, dikatakannya: “keseluruhan perbuatan lahir dan batin yang dilakukan untuk memperoleh ridlho Allah”.

Kalau tidak salah ustadz yang mengaku asal Cirebon ini membagi empat kategori ibadah: ibadah lisan, ibadah dengan perbuatan nyata, ibadah tersembunyi, dan ibadah yang masih berkategori ‘rencana’/niat. Aku sangat terkesan dengan ustadz ini. Tawadlu-nya benar-benar bisa kurasakan. Keluasan ilmu dan kecakapan orasinya mungkin membuatku betah bisa duduk dua jam. Sayang setiap penceramah selalu dibatasi oleh waktu. Meski jamaah subuh pagi ini sangat antusias, dan belum pengen bubar saat ustadz itu mengakhiri ceramahnya.

Sampai hari ketiga belas ini, baru tiga penceramah yang membuatku terkesan. Salah satunya, ya ustadz pagi ini. Cengkokan lagu pantun atau hadits yang disampaikan dalam bahasa arab, benar-benar membuatku terhanyut. Sempat menetes butiran air mata, saking harunya. Lantunan syair itu telah membawaku ke masa kanak-kanak, saat sore hari aku ngaji di sekolah diniyah sore. Terlalu banyak syair2 nasehat atau juga pantun untuk menghafal pelajaran-pelajaran fikih, seperti yang barusan disampaikan ustadz pagi ini…man ’amila………………….makdudatun latukbalu….(barang siapa beramal tanpa ilmu maka akan ditolak amalnya).

Ada lagi yang begitu berkesan. Aku lupa, hari keberapa ustadz ini berceramah. Yang jelas dia adalah cucu dari imam masjid besar Istiqlal yang sudah almarhum. Aku agak lupa yang disampaikan waktu itu, cuma satu hal---tapi tidak terlalu penting---Kakeknya meninggalkan pesan: Baca surat alam nasrah 7 kali, lalu tiupkan ke dalam segelas air putih. Biarkan semalaman, lalu minum di pagi harinya. Insya allah keturunan kita akan menjadi anak sholeh dan shalihah. Dia sudah membuktikan kepada keempat anaknya. Hanya satu yang agak susah, dan sekarang agak ‘bandel’.

Oya, aku jadi ingat, tema yang dibawakan pagi itu adalah Al-qur’an sebagai mu’jizat. Salah satu kupasannya ya soal Al-qur’an sebagai penawar/obat. Dia membedah qur’an dengan mengutip pandangan-pandangan sarjana barat. Tentu dengan semua pandangan positifnya. Kitab paling lengkap dan orisinil, kata salah seorang dari mereka.

TAKWA, inilah adalah salah satu bahasan yang juga membuatku terkesan kepada ustadz lainnya. Takwa, kata ulama adalah singkatan dari huruf ta’; qof, wawu dan ya. Huruf ta’, mewakili sifat tawadlu; huruf qof mewakili sifat qonaah, huruf wawu mewakili sifat wara’; dan huruf ya mewakili sifat yakin. Keempat sifat ini adalah buah dari orang yang berpuasa di bulan ramadhan karena mengharap ridlo Allah, menjadi orang bertakwa (QS: 2/al-baqarah: 183).

Selasa, 18 Oktober 2005

No comments: