Friday, April 6

SELAMAT JALAN SOBAT

Ada pertemuan, ada perpisahan. Begitu slogan yang nyaris selalu diulang dalam setiap forum pertemuan sesaat. Tidak semua perpisahan menceriakan. Beberapa pertemuan, kadang harus berakhir dengan urai air mata, bahkan duka yang mendalam.

Begitupun pertemuan yang baru saja kualami. Aku harus berpisah dengan orang yang baru kukenal. Rian, sebut saja begitu. Namanya simple, Rahadian. Sebagian temannya memanggil Rian, ada juga yang memanggil Adi. Banyak hal mengesankan yang kudapat dari pria yang sempat mengeyam kuliah di sebuah PTN di Bogor ini, meski akhirnya tidak selesai.

Pria berwajah tirus, dan berbadan kerempeng ini menemuiku dua minggu setalah aku menginjakkan kaki di tanah seberang ini. Ramah, lugas, cekatan dan berprinsip. Ide-idenya liar, dan sering keluar dari mainstream. Itulah kesan pertama yang kutangkap saat pertemuan awal. Setelah beberapa kali bertatap muka, dan ngopi bareng di warung legendaris di kota ini, kami bersepakat : oke, kita akan kerjasama.

Rencana dan aksipun kita buat. Waktu masih satu minggu lebih untuk menyelenggarakan hajatan itu. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Tuhan belum lagi memberiku kesempatan untuk lebih jauh mengenalnya. Dia keburu dipanggil menghadap-Nya.

Sedih, membayangkan kepergiannya. Apalagi orang orang-orang dekat yang selama ini mengenalnya begitu baik. Tak ada tanda-tanda aneh di malam terakhir pertemuanku dengannya. semua berjalan normal dan biasa. Dia penuh semangat dan bersiap menjalankan tugas yang aku mandatkan kepadanya. sampai akhirnya kudengar khabar yang mengejutkan itu. Sempat tidak percaya dengan kenyataan yang aku hadapi. Tapi, ya itulah takdir Tuhan. Ajalnya memang tak bisa dimajukan atau dimundurkan barang sedetikpun. Manusia tak kuasa di hadapan Sang Khalik. Siapa bisa menegosiasi untuk percepat atau perlambat datangnya ajal. Emangnya lelang hehehe.

MInggu sore itu, dengan teman-teman dekatnya dia mandi di pantai. Sesaat sebelum petaka itu datang, kepada temannya dia berujar :"baywatch mau nyelamatin orang dulu nih". Temannya nyeletuk, "mana ada baywatch berbadan kerempeng gitu". Tiba-tiba ombak datang menyeret orang-orang yang lagi mandi itu, termasuk Rian. Sempat Rian berlari ke pinggir, meski dengan perjuangan keras melawan arus balik ombak. Seharusnya dia selamat. Tapi di belakang dia ada tiga orang yang menggapai-gapai tangannya. Maka berbaliklah dia menyelamatkan tiga orang itu. Ketiganya berhasil selamat setelah digendong dan didorongnya sekuat tenaga. Tidak tanggung-tanggung, tiga lelaki berbadan besar, kontras dengan badannya yang kerempeng. Tiga orang selamat, satu diantaranya pingsan, sementara dua lainnya lemas, tak mampu berkata-kata. Sedangkan Rian, tak diketahui di mana jluntrungnya. Sampai akhirnya, 20 menit setelah kejadian dramatis itu, tubuhnya tergolek di pinggiran pantai. Tak ada denyut nadi. tubuhnya lemas seperti tanpa tulang. Bantuan pernafasan coba dilakukan teman-temannya, tapi sudah terlambat. Rian benar-benar sudah pergi. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Selamat jalan sobat, wajah berserimu saat kutengok terakhir kali di pembaringan, semoga cermin keridloaan Tuhan atas arwahmu. Usaha terakhirmu menyelamatkan nyawa orang, semoga bisa diteruskan oleh teman-temanmu, juga aku. Allahummagfirlahu warhamhu wa'afihi wakfu 'anhu.

21 Februari 2007

No comments: