Cerita tentang AlQomah disinggung tiga kali dalam ceramah-ceramah di Istiqlal selama ramadhan.
Ada hikmah yang harus diambil semua orang tentang cerita Alqomah ini. Betapa bakti dan taat kepada orang tua—khususnya ibu---adalah sesuatu yang amat sangat penting dalam Islam.
Diceritakan, saat sakaratul maut Al-qomah sangat kesulitan untuk mengucapkan kalimat tauhid laailaha illallah. Padahal alqomah ini adalah salah satu sahabat nabi yang rajin beribadah. Lalu rasulullah mendengar keadaan yang menimpa alqomah. Dia dating ke tempat di mana alqomah sedang berjuang menghadapi maut. Karena tak juga bisa mengucapkan kalimat tauhid, dan maut tak kunjung tiba, rasulullah bertanya kepada sahabat yang lain. Apakah alqomah masih punya ibu? Lalu didatangkan ibu si alqomah. Setelah ibu alqomah tiba, rasulullah bertanya kesalahan apa gerangan yang diperbuat alqomah kepada ibunya. Ibunya bilang bahwa setelah berkeluarga alqomah telah melupakan dirinya. Ibu alqomah merasa sakit hati atas kelakuan anaknya. Rupanya inilah yang membuat alqomah harus berjuang keras menghadapi sakaratul maut. Rasulullah minta ibu itu memaafkan alqomah agar sekaratnya cepat selesai. Tapi si ibu tetap tidak mau.
Rasulullah kemudian meminta kepada para sahabat yang lain untuk menyiapkan kayu baker dan memerintahkan bilal untuk mengumandangkan adzan. Kayu baker itu lalu disulut dan api berkobar-kobar. Ke dalam api itulah tubuh alqomah akan dilempar. Tapi ibu alqomah kebratan, “bagaimana mungkin saya akan membiarkan anak saya dibakar di depan mata saya”, si ibu dengan permintaannnya itu rupanya telah memaafkan alqomah. Alqomah tifdak jadi dibakar dan pergi dengan tenang karena maaf yang diberikan oleh ibunya atas kesalahan yang telah dibuat.
Selasa, 25 Oktober 2005
No comments:
Post a Comment