Friday, April 6

I love you full..........

I Love you fulll.....,

sapaan cinta nan hangat, dari seorang Mbah Surip. Malam itu aku kali pertama menikmati suguhan lagu-lagu kocaknya. Lagu pembuka yang dibawakannya malam itu menandai dimulainya "Kenduri Cinta". Sebuah hajatan 'penyejuk' yang sudah tidak aku datangi lebih dari dua tahun.

Rambut Gimbal Mbah Surip, tak bisa kupungkiri menjadi daya tarik sendiri, selain bait-bait lagunya yang kocak, simple, tapi membumi. Dekat, sangat-sangat dekat dengan fenomena keseharian kita.

Selain Mbah Surip, ada juga mba Bertha---siapa yang tak kenal perempuan dari Malang yang melahirkan banyak penyanyi handal ini---dengan si kecil Yasmin. Gadis kecil anak semata wayang Bertha ini ikut menghangatkan suasana malam itu. Saat mbah Surip melantunkan lagu 'Bangun Tidur' yang sudah diubah syair dan aransement versi mbah Surip ini, Yasmin beberapa kali ikut nimbrung. "Bangun tidur...tidur lagi..bangun tidur...tidur lagi...banguuuuuuuuuun....tidur lagi", suara Yasmin Jernih dan menggemaskan. Bukan cuma itu, Yasmin juga ikut-ikutan menutup lagu mbah Surip dengan : "I love you fulllllll..........teriak Yasmin polos". Kami semua tertawa malam itu.

*****

Kenduri Cinta, walau tanpa iringan Kyai Kanjeng, ternyata masih menyedot daya tarik orang. Kebesaran Cak Nun, boleh jadi tidak seperti lima atau sepuluh tahun lalu. Tapi, kharismanya tetap menjadi daya tarik tersendiri dan membuat banyak orang tetap 'tergila-gila' dan selalu tidak ingin melewatkan pentas-pentas yang digelarnya. Kedatangan mereka entah sekedar 'membuang sepi' atau memang benar-benar ingin memperoleh siraman penyejuk ruhani, yang jelas Cak Nun masih eksis. "Paling tidak konsistensi Cak Nun dengan hajatan Kenduri Cinta-nya membuktikan bahwa Cak Nun masih eksis", kata b'Marwan malam itu yang diamini oleh om Denny, pemain sinetron yang belum begitu kesohor.

Bagiku sendiri, bukan Cak Nun, yang menjadi magnet kedatanganku malam itu. Kedatanganku hanya kebetulan, bahkan mungkin kecelakaan. Sudah menjadi kebiasaanku, untuk datang sekali dalam seminggu 'menengok' kerumunan orang-orang di TIM, sembari menikmati nasi goreng kambing, atau kopi jahe-nya Gondrong di kantin ujung tempat itu. Juga karena kebetulan, kedatanganku malam itu dipertemukan dengan kolega-kolega lama.

VYM, pria dari pesisir utara Jawa Timur ini terakhir kutemui saat menjelang hajatan Makassar. lebih dari setengah tahun lalu. Penampilannya tidak berubah, tetap rapi dan necis. Santun, ramah, dan sangat menghargai orang. Perutnya mungkin yang banyak berubah, makin buncit. Simbol 'kemakmuran', ujar b' Marwan, penyair pinggiran yang sering dikatai 'gila'. Aku tak membantah, VYM adalah satu dari sekian 'legenda' yang terus menjadi buah bibir di kalangan adik-adiknya, terutama menjelang hajatan-hajatan politik tiba.

Pernah, aku bertandang ke rumah ketua umum partai tempat VYM bernaung. Mr. fulan yang belakangan dihebohkan oleh tayangan-tayangan gosip itu dengan lugas berkomentar soal hebatnya VYM ini. Katanya, partai yang dipimpimnya membutuhkan orang-orang seperti VYM. Di mata dia, VYM adalah salah satu contoh hebat buah tempaan pesantren 'Hijau-Hitam'.

Aku tak heran dengan pujian Mr. Fulan terhadap VYM. Kalaupun dalam beberapa momentum politik dia 'gagal' mencapai puncak, itu soal waktu saja. kegagalannya adalah 'keberhasilan yang tertunda'. Kalau semua sumberdaya sudah dikerahkan, tapi tetap saja jadi runer-up, itu namanya garis tangan. Tapi yakinlah Mas, garis tanganmu akan sampai ke puncak. Hanya soal waktu saja. Moga 2009 menjadi tahun keberuntunganmu....aku belum berpikir akan menyusulmu. Tapi, aku tak pernah tahu rencana terbaik Tuhan untuk diriku...sukses untukmu!

12 Agustus, 2006

No comments: