Bismillahirrahmaanirrahiimi. "Al-Ikhlas artinya apa Nak?", tanya seorang ibu kepada anaknya. "Satu", jawab anak itu cepat. "Hayo, lupa lagi. Makanya kalau mama bilang, diperhatikan baik-baik!", ujar ibu itu lagi dengan nada meninggi. "Al-Ikhlas itu artinya, memurnikan keEsaan.......KeEsaan siapa?. A.....lanjut ibu itu lagi menuntun. "KeEsaan Allah", jawab anak itu agak malas. "Kalau Esa artinya?", pertanyaan berikutnya meluncur. "Satu", kali ini gadis kecil berbadan 'ndut' itu menjawab benar.
"Tuntunan belajar" singkat itu aku dengar di sebuah warung nasi Padang. Warung kecil di mulut gang Pejambon. Aku membelakangi 'bimbingan' itu sambil melahap nasi Padang yang dihidangkan beberapa menit sebelumnya.
Bukan materi tuntunan belajar itu yang membuatku terkesan. Tapi, cara dan kesungguhan ibu penjual warung itu membekali anaknya dengan fondasi nilai-nilai keagamaan. Di sela-sela kesibukannya berjualan nasi, perempuan 30-an tahun itu bisa menyempatkan diri membekali anaknya dengan sesuatu yang menurutku amat sangat penting. Terlepas dari tipikal orang-orang Padang yang memang kuat basis ke-Islamannya, cara ibu itu mengajari anaknya membuatku 'tersentuh'. Aku lalu membayangkan, mungkinkah suatu saat nanti aku bisa melakukan hal serupa terhadap buah hatiku, mengajari lafadz hijaiyah dari alif sampai ya', atau mengajarinya berhitung, satu sampai seratus. Mengajarinya membaca Qur'an dengan lafadz yang benar, mengajarinya kecintaan terhadap manusia agung Muhammad, atau mengajarinya bagaimana berbakti kepada kedua orang tua dan orang-orang yang telah mencurahkan ilmu dan kebijaksanaannya.
Ditengah hiruk pikuk warga Jakarta, ditengah ketidakpedulian orang pada nilai-nilai agama, ada satu 'mutiara', kemuliaan seorang ibu bagaimana membesarkan anaknya dengan cinta, dan juga harapan agar nantinya menjadi anak yang shalihah. Dan itu kutemukan di ujung jalan, di pusat Jakarta. Bukan di masjid, musholla atau rumah-rumah berpagar dengan kemapanan di dalamnya.
Anak berbakti dan menjadi tauladan bagi orang-orang di sekitarnya adalah dambaan semua orang tua. Bukankah kita selalu diajarkan untuk selalu berdoa, agar anak-anak dan keturunan kita menjadi 'pandangan yang menyejukkan'---qurrati a'yun---dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa, atau terdepan dalam hal berbuat kebaikan. "Allahumma hablana min azwaajina, wa durriyatina qurrata a'yun, waj'alna lil muttaqiina imama".Doa yang selalu dianjurkan oleh alm. Bapak dan agar terus diulang setiap kita habis bersujud kepada-Nya.
No comments:
Post a Comment