
Ini sebenarnya tentang peringatan kesekian kalinya terhadap daya ingatku, yang kadang-kadang seperti laptop Pentium II, lemot dan suka lupa (akunya yang sering lupa). Maklum, sudah dimakan usia, makin uzur..:-).
Adalah Lila, member of Trio Kwek-kwek lainnya, yang "protes" keras atas uneg-unegku "Ke Pulau Laskar Pelangi (I). Via email japri, si empunya nama asli "Hasuna Daylailatu" ini tergerak oleh ilmu kewartawanannya (lihat nama dia di Tabloid Nova !), menggunakan hak jawab: "Buku Laskar Pelangi itu, bukan dari Atta! Tapi dari daku!". Kira-kira begitu inti pesan ringkasnya mencoba meluruskan informasi ke publik tentang apa yang telah kucatat di "Laskar Pelangi (I).
Penasaran, kontan saja kuintip kembali catatan itu. Oooo...maaaaaak (ini dialek khas Aceh, yang maknanya sepadan dengan : wooww...), ternyata benar. Aku ternyata benar-benar tidak sadar, bahwa di sana termuat informasi seolah-olah novel itu hadiah Atta. Sebenarnya ini bukan kesengajaan. Ada alur yang terputus saat aku ingin berbagi kegembiraan menerima hadiah novel itu, dan kegembiraan lain berkaitan dengan eksistensi si Atta (terbuka tabir sekarang kalau nih gadis tidak gampang begitu saja di-invited di friendster, kecuali oleh orang yang benar2 dikenalnya dengan baik). Kalimat yang berurutan yang coba diluruskan Lila itu, setelah tak pikir-pikir ternyata menimbulkan interpretasi bahwa Atta-lah yang menghadiahiku Novel itu. Padahal Novel itu Lila yang kasih.
Sejujurnya, di malam yang "memabukkan" di seberang Sarinah itu, yang paling kuingat saat membuka-buka tiga bingkisan itu adalah :"Sudah baca ini belum mas? bagus banggg...ngetttt!", kata Atta yang mengaku wartawan dari group media bisnis terbesar seantero negeri (kalau Atta dicari daftar namanya di Bisnis Indonesia, tidak ada. soale dengan nama yang lain).
Nah, dasar otak Pentium II, menjelang bubaran, ketiga bingkisan yang sudah dibuka itu aku masukkan jadi satu dalam tas. Dua buku, satu bukunya Frans Magnis Suseno (Terima kasih untuk Atta, tunggu pembalasanku di hari jadi-mu), dan Laskar Pelangi-nya Andre Hirata (Terimakasih Lila, kali ini aku tidak lupa lagi. Tunggu juga pembalasanku), serta satu Album Malik n the Essensial's (salah ga sih spellingnya?), yang ini dari anggota Trio Kwek-Kwek lainnya, Ayik. Hidup Ayik..hidup Ayik..Hidup Ayik, terimakasih banyak juga. Itulah pangkalnya mengapa yang kuiingat memberi novel itu si Atta. (Salah sendiri ga mau kasih tanda tangan di buku-buku itu, jadi aku kan tahu siapa yang ngasih..:-). Dasar aku tak tahu diri, masih mencari kambing hitam juga..hehehe.
Jadi, "keributan" kami berenam malam itu (Atta, Ayik, Lila, Jevelina "Jepun" Punuh, Adi "Ngadiman" Widiyanto, dan aku, ternyata membuyarkan semua konsentrasi saat-saat membuka bingkisan itu. Duh, kenapa bisa ya? Padahal Lila satu-satunya yang menyelipkan kartu ucapan dibalik bingkisan itu loh. Apalagi kartu bingkisannya juga masih aku bawa sampai Aceh.
Jadi, Lila dan Atta, kalian berdua harus "berdamai" atas terjadinya "musibah" kecil ini (Hlohhh,..kok mereka lagi:-), bahwa aku ini memang dasarnya pelupa, maaf yach. Ini kesengajaan yang tidak disengaja...Sekarang aku ingat, Frans Magnis dari Atta, CD dari Ayik, dan Laskar Pelangi dari Lila.
24 Maret 2007
1 comment:
halo mas salam kenal anak kampung nieh lama tak jumpe.he he he
ngopi bareng apa...?
Post a Comment