Friday, April 6

Siti Nurhaliza Berkahwin

Jangan sekali-kali percaya pada rumor, apalagi gosip. Apalagi gosipnya infotainment. Rumor, begitu juga gosip bukanlah cermin dari fakta yang sebenarnya. Makanya orang sering menyebutnya dengan kabar burung. Pendapat itu tidak salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Tengok saja, gosip-gosip atau rumor tentang selebritis yang ditayangkan berbagai media selama ini biasanya berakhir dengan terungkapnya sebuah fakta. Artinya, munculnya suatu gosip atau rumor itu selalu dipicu oleh fakta, meski kadang masih samar-samar. Pintar-pintarnya ‘kuli flashdisk’---dulu wartawan disebut dengan kuli tinta, lalu kuli disket, dan sekarang eranya flashdisk, makanya kusebut ‘kuliflashdisk---jika akhirnya rumor atau gosip itu pelan-pelan tersingkap misteri kebenarannya.

Gosip dan rumor, tak lebih dari realitas media. Karena realitas media tidak selalu mencerminkan realitas yang sebenarnya, maka kita tak boleh memercayainya. Bukankah realitas media tidak pernah identik dengan realitas sebenarnya? Kira-kira begitulah teori komunikasi yang samar-samar masih aku ingat dulu. Realitas media pada kenyataannya selalu dipengaruhi oleh faktor eksternal, entah kebijakan redaktur, setting politik-sosial saat itu, hingga subyektifitas si kuli flashdisk. Entahlah, tapi aku masih meng-amini kebenaran teori itu. (Aku juga percaya, EMYE, Husni, Ulin, UUT, Ulil, Ichwan, Barly, Andi ’Ableh’, dan teman-temanku yang jadi ’kuli flashdisk’ itu pasti juga memegang teori itu, sampai kini).

Tentang gosipnya Siti---siapa lagi kalau bukan Siti Nurhaliza—yang berkahwin dengan duda berkepala empat itu, kalau tidak salah sudah muncul sejak awal tahun lalu. Banyak pengagumnya yang siap-siap berpatah hati kalau Siti benar-benar berkahwin. Aku, adalah satu dari jutaan penggemarnya yang diledek patah hati kalau Siti berkahwin. Tapi sumprit deh, kalau aku dikatakan patah hati, itu cuma gosip. Benar-benar gosip seribu tiga, alias murahan. Memangnya ndak ada gosip lain apa yang lebih keren? Kenal juga tidak sama Siti, masak patah hati? (kalau kenal dengan Siti yang di kantor itu, memang tak terbantahkan).

Aku tahu Siti Nurhaliza, kalau tidak salah di penghujung tahun 1997. Lewat lagu Cindai yang memopulerkannya di seantero negeri, Siti tak pelak menjadi biduanita pujaan tahun itu. Suaranya yang merdu, parasnya yang jelita, dan tutur katanya yang santun, membuat ia digemari laki-perempuan dari semua usia dan strata sosial. Setelah Cindai, muncul lagu-lagu berikutnya, Betapa Kucinta Padamu, Damak, Joget Pahang, Es Lilin, Bisikan Asmara, Bicara Manis Menghias Kalbu, atau Beradu di Khayalan yang meledak belakangan.

Tak satupun lagu Siti yang kuhafal. Tapi, sebagian besar lagu-lagunya aku koleksi. Berupa kaset, VCD, juga MP3. habis..enak sih di kuping hehehe. Melankolis memang, sentimentil gitu. (Tapi jangan salah, meski aku ini penikmat lagu-lagunya Siti, juga suka lagunya Queen yang ngerock itu, juga lagunya Bob Marley, pokoknya tergantung suasana hati deh).

Soal kekagumanku pada Siti, sudah menjadi rahasia umum. Aku pernah dapat hadiah ulang tahun berupa kaset albumnya Siti (terima kasihku untuk dokter itu). Juga, setiap stasiun TV tertentu memutar lagunya Siti, teman-teman berlomba memanggilku. ”Min, ada Siti Min”, begitulah cara teman-temanku yang antusias ingin memuaskan ruhaniku. Tapi, bagaimanapun kekagumanku pada Siti masih wajar-wajar saja. Aku bukan penggemar gila, misalnya sampai menyimpan koleksi foto-fotonya sedemikian rupa sehingga (kata-kata ini benar-benar aku benci. Kata-kata yang sebenarnya pelarian atas ketidakmampuan kita mendeskripsikan sesuatu. Kamu biasa menggunakan kata-kata sedemikian rupa sehingga ini ngga?). Aku juga punya pembenar kalau aku ini bukan penggemar gila. Saat Siti manggung di Trans TV tempo hari, aku tidak pingsan kok, juga tidak berteriak-teriak histeris. Biasa saja....meski aku berdiri beberapa jengkal dari Siti menyanyi.

Ada hal yang menarik dari berkahwin-nya Siti. Pokoknya serba lucu-lucu deh. Di sebuah milis humor, seseorang memosting foto-foto dia bersanding dengan Siti, sejak kecil hingga detik-detik perkahwinannya. Lengkap dengan caption masing-masing foto itu. Aku pernah mendapatkan dua postingan dengan dua versi. Tentu semua itu cuma rekayasa teknologi. ”Mengapa Kau tega mengkhianatiku?”, ”Teganya Engkau Menikah dengan Duda berbau tanah”, ”Kutunggu Jandamu”, dan beberapa baris kata lainnya tertulis lugas di bawah foto-foto itu. Hmmm....kalau saja aku bisa melakukan itu, mungkin sudah kulakukan juga ide cerdas itu. Apadayaku....

Itu cuma lelucon. Jangan dibilang norak, konyol, apalagi narsis. Terimalah itu (dengan lapang dada) sebagai bentuk ekspresi kekaguman seseorang terhadap Siti. Kalaupun itu tidak dilakukan, batinnya tidak tersiksa kok. Tidak patah hati. Menerima kenyataan, kalau Siti sekarang sudah milik duda itu. Janur kuning sudah melengkung, telanjur layu malah. Apatah masih mengharap ’cintanya’ Siti? Ada-ada saja.

.....Kini berlaku,
Semua kenangan,
Sepi berlaku membelai perasaan,
Tanpa kusadari kau menghilang bersama bayangan,
Air mataku menjadi saksi kerinduan....(Beradu di Khayalan).


(Untuk dua temanku: Janjiku untuk nggosipin Siti di hamparan rumput Monas malam itu, terbayar sudah ! Aku mau berkahwin hehehe)

13 September 2006

No comments: