Tuesday, January 29

Gelar Pahlawan dariku untuk the Smiling General

Tempo hari Om Geis risau dengan perilaku para aktifis yang menuntut pengadilan Pak Harto sebagai perilaku tak islami dan tak berakhlak. Pasalnya, demo itu dilakukan saat jenasah Pak harto belum dikubur. Aku setuju sepenuhnya dengan pendapat Om Geis. Para orang tua, dan guru ngaji selalu menekankan adab menghormati jenasah. Jangankan mendemo, sedangkan mendahului jenasah saja kita dilarang. Pun saat kita berpapasan dengan jenasah, dianjurkan untuk berhenti dulu. Orang yang sudah meninggal juga pantang untuk diungkit2 segala aibnya. Itulah sebagian adab yang harus dilaksanakan oleh orang yang mengaku muslim. Nasehat yang ditekankan oleh orang-orang tua itu sebenarnya menyuruh kita untuk mengingat kematian. Ketika berhenti sejenak di jalan menghormat dijalan, kita perlu refleksi sejenak sambil mendoakan jenasah.

Sekarang, orang sedang ramai memperdebatkan apakah Pak Harto layak dianugerahi gelar pahlawan atau tidak. buatku Pak Harto layak memperoleh gelar itu. Titik. Adalah fakta tak terbantahkan kalo Pak Harto punya andil besar sejak Belanda belum hengkang dari republik ini. Juga fakta tak terbantahkan saat Pak Harto menjadi komandan pembebasan Irian Barat. Apalagi Pak Hartolah adala tokoh kunci penumpasan gerakan komunis di Indonesia. Fakta-fakta sumbangsih Pak Harto terhadap republik ini mungkin tak bisa didaftar dalam ratusan halaman. Olehnya, layak dan sudah sepantasnya Pak Harto digelari pahlawan, apapun gelarnya.

Bagaimana dengan kejahatan-kejahatan politik dan tuduhan korupsi yang dilakukan Pak Harto? Aku juga tak menampik dengan segala kejahatan politik Pak Harto. Kita semua pernah merasakan hidup dalam tirani Pak Harto. Tapi sudahlah, sudah terlalu banyak yang mewakili kecaman dan meminta pertanggungjawaban Pak Harto. Biarlah mereka yang menyuarakan itu. Soal tuduhan korupsi, biar pengadilan juga yang membuktikan.

................to be cont

No comments: